INFO NEWS - Jatuh cinta memang menyenangkan, tapi tidak saat seseorang harus kehilangan atau putus cinta. Ini dia yang terjadi di otak ketika seseorang harus mengalami putus cinta.
Ketika seseorang sedang jatuh cinta, maka berbagai zat kimia yang bisa memberikan rasa bahagia dan senang seperti dopamin akan diproduksi di otak. Tapi ketika hubungan berakhir, maka otak akan berhenti memproduksi zat kimia tersebut.
Hasilnya adalah muncul perasaan penarikan dan putus asa, bahkan ada yang mengatakan sama seperti ketika seseorang berhenti menggunakan obat-obatan atau alkohol. Hal ini karena beberapa studi menunjukkan bagian otak yang terkait dengan kecanduan akan diaktifkan ketika seseorang dicampakkan.
Dalam sebuah studi, peneliti menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) untuk merekam aktivitas otak dari 15 laki-laki dan perempuan yang baru saja diputus oleh pasangannya.
Setelah menunjukkan foto dari pasangan yang sudah memutuskan hubungan, para peneliti menemukan area otak yang mengontrol motivasi dan reward, serta keinginan dan kecanduan dirangsang. Tapi kondisi ini tidak terjadi ketika peneliti menunjukkan foto orang yang tidak dikenal, seperti dikutip dari Foxnews.
Seperti efek domino, sistem reward yang tidak puas akan melakukan perjalanan ke daerah di dekatnya yaitu prefrontal cortex yang bisa memunculkan perasaan frustasi dan kemarahan.
Para partisipan ini juga mengakui bahwa mereka menghabiskan lebih dari 85 persen waktu bangunnya untuk berpikir tentang mantannya. Jadi, tak mengherankan jika setelah putus cinta beberapa orang lebih terobsesi tentang mantannya.
Pada studi tahun 2011 yang dilakukan oleh neurologis dari Einstein College of Medicine menemukan hanya melihat foto mantannya saja bisa mempengaruhi daerah somatosensory cortex dan dorsal posterior insula yang menimbulkan ketidaknyamanan fisik.
Selain itu, saat sedih otak juga memberikan sinyal agar melepaskan hormon stres kortisol yang dapat mempengaruhi kekebalan tubuh. Meski hati dan pikiran memiliki hubungan yang sangat erat, perlu studi lebih lanjut untuk menegaskannya.
Berikut ini ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa sakit hati akibat putus cinta dan melepaskan mantan sehingga bisa melanjutkan hidup, yaitu:
1. Bersedih, tapi jangan terlalu lama
Tahapan dari perpisahan menimbulkan rasa sakit emosional mulai dari shock, penolakan, kemarahan, stres dan depresi hingga akhirnya bisa menerima. Regina Barreca dari University of Connecticut di Storrs merekomendasikan memberi waktu tidak lebih dari 2 minggu untuk berkabung atau bersedih, apakah itu menangis, merintih atau melampiaskan pada suatu hal.
Hal ini sering disebut dengan 'emotionally incontinent' setelah seseorang putus cinta. Namun hal yang paling penting adalah menetapkan batas yang tegas berapa hari waktu untuk berkabung dan jangan terlalu lama.
2. Lihatlah dari sisi lain
Daripada terus menerus mengasihani diri sendiri, cobalah fokus pada hal-hal yang mungkin tidak bisa Anda lakukan sebelumnya saat masih berhubungan, misalnya berkumpul dengan teman atau keluarga. Hal ini bisa membantu memberikan emosi positif.
Gary Lewandowski, psikolog dari Monmouth University di New Jersey mengungkapkan orang yang mendapatkan emosi positif cenderung akan merasa lebih lega, bebas, merdeka dan bahagia.
3. Melakukan aktivitas fisik
Ketika berpisah, maka otak akan memompa kortisol, norepinefrin dan hormon stres lain yang bisa menyebabkan sakit kepala, otot tegang dan masalah perut. Namun aktivitas fisik seperti olahraga dapat memicu pelepasan endorfin untuk meningkatkan suasana hati, melemaskan otot dan membantu tubuh merasa lebih baik.
Selain itu bisa juga mengonsumsi makanan atau minuman yang kaya vitamin D, folat dan asam lemak omega 3, seperti es krim, popcorn dengan butter untuk meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi stres atau depresi, tapi ingat jangan berlebihan mengonsumsinya.
Ketika seseorang sedang jatuh cinta, maka berbagai zat kimia yang bisa memberikan rasa bahagia dan senang seperti dopamin akan diproduksi di otak. Tapi ketika hubungan berakhir, maka otak akan berhenti memproduksi zat kimia tersebut.
Hasilnya adalah muncul perasaan penarikan dan putus asa, bahkan ada yang mengatakan sama seperti ketika seseorang berhenti menggunakan obat-obatan atau alkohol. Hal ini karena beberapa studi menunjukkan bagian otak yang terkait dengan kecanduan akan diaktifkan ketika seseorang dicampakkan.
Dalam sebuah studi, peneliti menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) untuk merekam aktivitas otak dari 15 laki-laki dan perempuan yang baru saja diputus oleh pasangannya.
Setelah menunjukkan foto dari pasangan yang sudah memutuskan hubungan, para peneliti menemukan area otak yang mengontrol motivasi dan reward, serta keinginan dan kecanduan dirangsang. Tapi kondisi ini tidak terjadi ketika peneliti menunjukkan foto orang yang tidak dikenal, seperti dikutip dari Foxnews.
Seperti efek domino, sistem reward yang tidak puas akan melakukan perjalanan ke daerah di dekatnya yaitu prefrontal cortex yang bisa memunculkan perasaan frustasi dan kemarahan.
Para partisipan ini juga mengakui bahwa mereka menghabiskan lebih dari 85 persen waktu bangunnya untuk berpikir tentang mantannya. Jadi, tak mengherankan jika setelah putus cinta beberapa orang lebih terobsesi tentang mantannya.
Pada studi tahun 2011 yang dilakukan oleh neurologis dari Einstein College of Medicine menemukan hanya melihat foto mantannya saja bisa mempengaruhi daerah somatosensory cortex dan dorsal posterior insula yang menimbulkan ketidaknyamanan fisik.
Selain itu, saat sedih otak juga memberikan sinyal agar melepaskan hormon stres kortisol yang dapat mempengaruhi kekebalan tubuh. Meski hati dan pikiran memiliki hubungan yang sangat erat, perlu studi lebih lanjut untuk menegaskannya.
Berikut ini ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa sakit hati akibat putus cinta dan melepaskan mantan sehingga bisa melanjutkan hidup, yaitu:
1. Bersedih, tapi jangan terlalu lama
Tahapan dari perpisahan menimbulkan rasa sakit emosional mulai dari shock, penolakan, kemarahan, stres dan depresi hingga akhirnya bisa menerima. Regina Barreca dari University of Connecticut di Storrs merekomendasikan memberi waktu tidak lebih dari 2 minggu untuk berkabung atau bersedih, apakah itu menangis, merintih atau melampiaskan pada suatu hal.
Hal ini sering disebut dengan 'emotionally incontinent' setelah seseorang putus cinta. Namun hal yang paling penting adalah menetapkan batas yang tegas berapa hari waktu untuk berkabung dan jangan terlalu lama.
2. Lihatlah dari sisi lain
Daripada terus menerus mengasihani diri sendiri, cobalah fokus pada hal-hal yang mungkin tidak bisa Anda lakukan sebelumnya saat masih berhubungan, misalnya berkumpul dengan teman atau keluarga. Hal ini bisa membantu memberikan emosi positif.
Gary Lewandowski, psikolog dari Monmouth University di New Jersey mengungkapkan orang yang mendapatkan emosi positif cenderung akan merasa lebih lega, bebas, merdeka dan bahagia.
3. Melakukan aktivitas fisik
Ketika berpisah, maka otak akan memompa kortisol, norepinefrin dan hormon stres lain yang bisa menyebabkan sakit kepala, otot tegang dan masalah perut. Namun aktivitas fisik seperti olahraga dapat memicu pelepasan endorfin untuk meningkatkan suasana hati, melemaskan otot dan membantu tubuh merasa lebih baik.
Selain itu bisa juga mengonsumsi makanan atau minuman yang kaya vitamin D, folat dan asam lemak omega 3, seperti es krim, popcorn dengan butter untuk meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi stres atau depresi, tapi ingat jangan berlebihan mengonsumsinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.